Desa Jatimulyo masuk wilayah Kecamatan Kauman Kabupaten Tulungagung tepatnya 7 km sebelah barat daya Kota Tulungagung. Desa Jatimulyo terdiri dari 3 Dusun (Jabon, Patikreco dan Baran) terdapat 7 RW dan 35 RT jumlah penduduk berdasarkan data profil desa tahun 2013 berjumlah 4.286 terdiri dari 2.127 laki-laki dan 2.159 perempuan.
Desa Jatimulyo masuk wilayah Kecamatan Kauman Kabupaten Tulungagung tepatnya 7 km sebelah barat daya Kota Tulungagung. Desa Jatimulyo terdiri dari 3 Dusun (Jabon, Patikreco dan Baran) terdapat 7 RW dan 35 RT jumlah penduduk berdasarkan data profil desa tahun 2019 berjumlah 4.316 terdiri dari 2.114 laki-laki dan 2.202 perempuan.
Menurut keterangan para sesepuh desa, awal mula berdirinya Desa Jatimulyo dimulai sekitar tahun 1800. Pada mulanya Jabon merupakan suatu kademangan yang dipimpin oleh seorang demang yang mempunyai beberapa wilayah kelurahan antara lain Kates, Mojosari, Banaran, Patikreco dan Bungur. Sedangkan Patikreco adalah kelurahan terdekat dari kademangan Jabon.
Sekitar tahun 1800 awal, yang menjadi Demang Jabon adalah Wirjo Dimedjo yang pada masa mudanya pernah berguru di Ngayogjokarto. Saat berguru itu beliau mempunyai kawan seperguruan yang bernama Kertojati yang merupakan pemuda Jogyakarta. Setelah selesai berguru merekapun berpisah untuk mengabdikan ilmu yang mereka peroleh di daerahnya masing masing.
Seiring berjalannya waktu dan setelah lama tak bersua sekitar tahun 1831 tanpa dinanya tanpa diduga datanglah kertojati di Kademangan Jabon. Dengan penuh sukacita Demang Wirjo Dimedjo menyambut kedatangan teman seperguruannya tersebut. Kemudian Kertojati bercerita tentang maksud kedatangannya. Bahwa sebenarnya Kertojati adalah pengikut setia Pangeran Diponegoro dan ikut berjuang melawan Belanda ketika terjadi perang Diponegoro tahun 1825-1830. Ketika P. Diponegoro berhasil ditawan Belanda maka seluruh pengikutnyapun dikejar-kejar Belanda, termasuk Kertojati. Jadi maksud kedatangannya adalah untuk bersembunyi. Setelah mendengarkan cerita Kertojati akhirnya Wirjo Dimedjo mau menerima dan memberi tempat perlindungan bagi Kertojati. Menetaplah Kertojati di Kademangan Jabon dan mengamalkan ilmu yang telah diperolehnya untuk masyarakat Jabon dan sekitarnya. Karena merasa apa yang telah dilakukan Kertojati sangatlah bermanfaat maka Wirjo Dimedjo pun membuatkan sebuah padepokan sebagai tempat belajar masyarakat. Semakin lama semakin majulah Padepokan Kertojati. Bukan hanya masyarakat Jabon saja tetapi juga warga kelurahan sekitar Jabon termasuk warga Kelurahan Patikreco banyak yang menjadi pengikut Kertojati. Sampai akhir hayatnya Kertojati mengabdikan dirinya di Jabon dan atas wasiat beliau ketika wafat minta dimakamkan di Jabon tetapi tidak mau disandingkan dengan makam keluarga dalem (makam keturunan Demang yang berada disebelah utara jalan). Akhirnya beliau dimakamkan dipemakaman umum Jabon (berada diselatan jalan) sampai saat ini masih terawat dengan baik.
Ketika terjadi pergantian pucuk pimpinan Belanda yang saat itu menguasai Nusantara, maka terjadi jugalah pergantian bentuk pemerintahan termasuk dibentuknya pemerintahan desa dan dihapuskannya Kademangan. Karena wilayah Jabon dan Patikreco sempit belum bisa menjadi sebuah desa maka bergabunglah Jabon dan Patikreco ditambah sebuah dusun kecil bernama Baran yang berarti umbaran (tempat mengembala) karena memang dulunya adalah tempat pengembalaan ternak yang lama kelamaan menjadi sebuah pemukiman. Setelah melalui sebuah musyawarah mufakat maka dicarilah nama yang netral yang bisa menampung seluruh keinginan warga Jabon, Patikreco dan Baran akhirnya dinamailah desa tersebut dengan nama Jatimulyo yang diambil dari nama tokoh yang selama ini menjadi panutan warga Jabon, Patikreco, dan Baran yaitu Mbah Kertojati. Jatimulyo mempunyai makna memuliakan ajaran-ajaran yang diberikan oleh Mbah Kertojati karena sudah terbukti ajaran-ajaran yang beliau sampaikan sangat bermanfaat untuk kehidupan masyarakat baik dari segi ekonomi, sosial maupun budaya. Setelah terbentuk Desa Jatimulyo yang menjabat Kepala Desa dipilih oleh masyarakat dari tiga dusun secara demokratis, akan tetapi karena adat Jawa yang masih kental dan pandangan masyarakat yang menginginkan kepala desa yang masih mempunyai garis keturunan ( trah ) priyayi, sehingga sampai beberapa periode keturunan Demang Wirjo Dimedjolah yang menjadi Kepala Desa. Adapun orang yang pernah menjabat Kepala Desa menurut data desa dan beberapa sumber adalah sebagai berikut :
- R.CITRO DIMEDJO ( 1890 – 1916)
- R.WIRJO PRAWIRO (1917- 1938)
- R.SUHADI WIRJO PRASODJO (1940 – 1958)
- SUKADJI (1959 – 1963)
- R.TIJOSO (1963 – 1982)
- HIDAYAT (1984 – 1993)
- WAHYUNINGSIH (1994 – 2002)
- IMAM MASHUDI (2002 – 2007)
- BEKTI SASONGKO, ST (2007 – 2013)
- SUGIYONO (2013 Sampai sekarang)
Semoga ajaran – ajaran baik yang telah diberikan oleh Mbah Kertojati selalu tertanam dalam jiwa dan raga masyarakat Desa Jatimulyo sehingga apa yang menjadi harapan para sesepuh kita dengan memberi nama Desa Jatimulyo benar –benar bisa dijaga dan lestarikan oleh seluruh masyarakat Desa Jatimulyo sehingga bisa menjadi desa yang guyup rukun, ayem,tentrem, mulyo lan tinoto Amiin.
Sumber:
Sumardjo (mantan Kasun Jabon Desa Jatimulyo, keturunan Dalem)